Monday, October 31, 2011

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : Where to Go?


Gagasan SBY untuk menggabungkan pariwisata dan ekonomi kreatif mempunyai banyak pembenaran. Kabinet Indonesia Bersatu II resuffle memang menuai kontroversi karena begitu banyaknya posisi wakil menteri. Khusus buat Kementrian Pariwisata, keputusan strategis untuk memindahkan Kebudayaan ke Kementrian Pendidikan Nasional berdampak kepada titik fokus dan konsentrasi. 

Gerbong Pariwisata memang terlalu berat apabila disinggahi oleh Kebudayaan. Secara prinsip bisa, tetapi secara implementasi sulit dilaksanakan. Garis singgung Kebudayaan dan Pariwisata, secara keilmuan, ada di outer ring. Kebudayaan sebagai value of life tidak bisa diselaraskan secara langsung kepada Pariwisata, tetapi Kebudayaan sebagai Seni lebih memungkinkan. Perbedaan pandangan ini telah terjadi bertahun-tahun, menimbulkan dampak sistemik negattif pada pengelolaan yang berdomain Pariwisata. Saling silang, senggol dan sindir menyertai duo Kebudayaan (baca: budayawan} dan Pariwisata.

Nah, secara implisit, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa bernasip sama. Pertemua keduanya juga di ujung, bukan di proses ataupun di inner ring. Perbedaan terbesar adalah bahwa sekarang terdapat posisi Wamen. Peran wakil menteri ini yang akan menentukan. Beruntuk Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai wakil menteri yang cerdas dan berhaluan Pariwisata yang kuat. Fokus, konsentrasi dan akurasi diharapkan tetap terjaga.