Monday, October 31, 2011

Pariwisata dan Ekonomi Kreatif : Where to Go?


Gagasan SBY untuk menggabungkan pariwisata dan ekonomi kreatif mempunyai banyak pembenaran. Kabinet Indonesia Bersatu II resuffle memang menuai kontroversi karena begitu banyaknya posisi wakil menteri. Khusus buat Kementrian Pariwisata, keputusan strategis untuk memindahkan Kebudayaan ke Kementrian Pendidikan Nasional berdampak kepada titik fokus dan konsentrasi. 

Gerbong Pariwisata memang terlalu berat apabila disinggahi oleh Kebudayaan. Secara prinsip bisa, tetapi secara implementasi sulit dilaksanakan. Garis singgung Kebudayaan dan Pariwisata, secara keilmuan, ada di outer ring. Kebudayaan sebagai value of life tidak bisa diselaraskan secara langsung kepada Pariwisata, tetapi Kebudayaan sebagai Seni lebih memungkinkan. Perbedaan pandangan ini telah terjadi bertahun-tahun, menimbulkan dampak sistemik negattif pada pengelolaan yang berdomain Pariwisata. Saling silang, senggol dan sindir menyertai duo Kebudayaan (baca: budayawan} dan Pariwisata.

Nah, secara implisit, Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bisa bernasip sama. Pertemua keduanya juga di ujung, bukan di proses ataupun di inner ring. Perbedaan terbesar adalah bahwa sekarang terdapat posisi Wamen. Peran wakil menteri ini yang akan menentukan. Beruntuk Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mempunyai wakil menteri yang cerdas dan berhaluan Pariwisata yang kuat. Fokus, konsentrasi dan akurasi diharapkan tetap terjaga.

Tuesday, January 4, 2011

Eat, Pray and Tourism



Masih ingat film yang dibintangi oleh Julia Robert : Eat, Pray and Love (2009)? Mengisahkan seorang wanita yang mencari jatidiri dan cintanya dengan mengunjungi berbagai tempat dan akhirnya terpikat oleh Bali.  Pesan yang terkandung di dalamnya sangat clear : bahwa manusia akan terus bergerak dinamis untuk mencari tahu siapa dirinya, dan apa yang membuatnya bahagia.

‘Hip’ dari social media yang saya tulis sebelumnya mengukuhkan perjalanan spiritual seorang manusia. Ketika kita saling berhubungan dengan yang lainnya hanya dengan satu ‘klik’, maka koneksitas pertukaran pikiran, budaya dan knowledge terjadi begitu saja. Upscaling mind, body and soul menjadi habit. Manusia pada akhirnya akan kembali kepada dirinya sendiri.

Kondisi di atas menggejala di dunia. Pembengkakan konsep postmodernisme, anti kapitalis dan social-oriented person menggelembung dengan pesat. Globalisasi mendapatkan lawan dengan localism. Perubahan konteks ini mempengaruhi pola konsumsi wisatawan dunia secara langsung.

Dari semua prediksi untuk tahun 2011, JWT Intellegence (2010) memuat beberapa trend untuk 2011 yang harus mendapatkan perhatian khusus, antara lain : nanobrewer (kecenderungan traveler untuk menikmati local home-made beer), space travel, culinary calling card, dll. Secara khusus, laporan ini menyebutkan bahwa kulinari masih akan menjadi bagian pariwisata dunia. Tahun 2011, akan memunculkan profesi baru, yaitu Beer Somelier (wow!) karena bertambahnya apresiasi konsumen terhadap minuman jenis ini. Majalah Food & Wine bahkan sudah memilih satu Beer Expert diantara tujuh Somellier of the Year. FYI, nama keren dari Beer Somelier adalah “Cicerone”. Hmmm..tertarik? ikuti sertifikasinya di : http://www.cicerone.org