Monday, April 26, 2010

Red Alert Pariwisata Bandung!


 

Kita semuanya mengerti bahwa aktivitas pariwisata bukanlah aktivitas parsial. Dari satu kegiatan ke kegiatan yang lainnya terkoneksi, terintegrasi sehingga memunculkan sebuah pengalaman berwisata yang utuh dan maksimal. Jadi, kita tidak bida mengklaim bahwa wisatawan yang berkunjung ke Bandung hanya mempunyai tujuan untuk shopping saja, atau kuliner saja. Kepariwisataan itu adalah bundling of products, yang tangible dan intangible, dari aksesibilitas sampai dengan atraksi.

Perwujudan dari kondisi terkini di Bandung, ketika pemkot berusaha untuk menaikkan pajak hiburan di sektor tertentu menjadi 75% (dari 30%), mengindikasikan bahwa pemkot sedang menarik ulur industri ini. Pendapatan dari sektor hiburan yang hanya 4,1 milyar per tahun dirasa tidak cukup melihat kondisi empiris meluapnya wisatawan setiap akhir minggu. Sejujurnya, untuk industri sebesar ini, 4,1 milyar bukanlah angka yang pas. Seharusnya bisa lebih.

Tuesday, April 20, 2010

Menyoal Kompetensi Bidang Pariwisata


Dewasa ini sedang marak program sertifikasi kompetensi untuk bidang pariwisata. Program yang berada di bawah kendali Badan Nasional Sertifikasi Profesi ini secara masif diimplementasikan di berbagai daerah melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Pariwisata yang ada. Sayangnya, program yang baik ini harus menerima kenyataan bahwa industri masih belum peduli kepada sertifikasi kompetensi ini. Buktinya? silakan lihat iklan lowongan pekerjaan di koran setiap hari Sabtu, dan anda tidak akan menemukan satupun persyaratan calon karyawan yang : harus mempunyai sertifikat kompetensi.

Sebetulnya, dilihat dari lingkungan eksternal, dengan ditandatanganinya Mutual Recognition Agreement (MRA) diantara negara ASEAN yang merupakan kelanjutan dari ASEAN Tourism Agreement 2002 dan Vientiane Action Program 2004, program Roadmap for Integration of Tourism in ASEAN menghasilkan resolusi bahwa mekanisme ASEAN MRA harus disetujui, dikembangkan dan diterapkan pada 2009-2010. Dari sisi ini, perpindahan 'workers' diantara negara-negara di ASEAN sudah mencoba mengikuti perkembangan pariwisata dunia yang semakin meningkat.

Monday, April 19, 2010

Saatnya Pariwisata Kreatif



 

PARIWISATA dunia menunjukkan tingkat "sustainability" yang luar biasa. Keterpurukan ekonomi global menurunkan delapan persen wisatawan bepergian pada kuartal pertama 2009. Akan tetapi, sejak tahun 2007, turis internasional sudah mencapai "tipping point", meminjam istilah Malcolm Gladwell, dengan jumlah satu miliar. Ini berarti 20 persen penduduk planet ini sudah pernah bepergian keluar negeri setiap tahunnya.

Sebagai satu indikator ekonomi, kegiatan pariwisata selalu dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, proses munculnya permintaan (demand) sebagai akibat dari kenaikan ekonomi daerah asal. Kedua, indikasi supply, merepresentasikan keunikan atraksi yang berujung pada efek domino ekonomi lokal. Keunikan atraksi ini dapat berupa banyak hal. Dalam konteks pariwisata kreatif, segala daya imajinasi yang dapat diinterpretasikan layak dijadikan atraksi. Jurnal Pariwisata Anatolia bahkan menegaskan bahwa setiap sudut kota merupakan creative spaces yang memungkinkan untuk dijadikan magnet baru sehingga mendatangkan wisatawan.

2010 - Saatnya Take Off

Pariwisata adalah salah satu sektor ekonomi global terbesar dan kontributor signifikan bagi perekonomian beberapa daerah dan daerah di sekeliling dunia. Dalam periode tahun 2008, tercatat sebesar 922 juta kunjungan wisatawan internasional dengan penerimaan devisa dari kunjungan sebesar US$ 944 miliar. Hal tersebut berarti industri pariwisata dan perjalanan wisatawan secara global menyumbangkan 9,6% dari PDB secara global dan 7,9% terhadap penyerapan tenaga kerja secara luas.

Tahun 2009 lalu mungkin menjadi tahun yang sulit bagi dunia industri pariwisata secara global. Krisis ekonomi global telah mempengaruhi kegiatan pariwisata, sehingga UNWTO memproyeksikan pertumbuhan kunjungan wisatawan akan menurun. Imbasnya industri pariwisata Indonesia juga mengalami penurunan dalam periode tersebut. Dalam Indeks Daya Saing Pariwisata dan Perjalanan yang dikeluarkan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Swiss, Rabu 4 Maret 2009, Indonesia turun satu peringkat. Pada tahun 2008 Indonesia menempati posisi 80 dari 130 negara, namun tahun ini turun ke posisi 81 dari 133 negara.

Indikator Semu Pariwisata Bandung



Pada saat krisis ekonomi melanda dunia, alur wisatawan domestik ke Kota Bandung tidak berhenti. Seolah tiada saingan, Kota Bandung masih menjadi daya tarik utama bagi wisatawan lokal. Keadaan ini memunculkan polemik karena Pemerintah Kota Bandung tidak juga berbenah di infrastruktur penunjang kepariwisataan. Jalanan yang macet, lahan parkir yang terpakai, sampai dengan pedagang kaki lima menjadi santapan setiap akhir minggu.

Kondisi ini tidak menyurutkan semangat wisatawan untuk datang. Pemkot juga tidak berhenti berusaha menarik pendapatan asli daerah dari aktivitas pariwisata yang terjadi. Izin penanaman modal domestik untuk investasi hotel, restoran, biro perjalanan wisata, sampai dengan ritel mengalir bagaikan air.

Pariwisata Indonesia Q2


Masuk ke kuartal kedua, pariwisata Indonesia akan segera take off. Semua indikator ekonomi dunia menunjukkan gejala positif. Generating countries sudah mulai recovery. Ini yang saya sebut akan muncul aktivitas New Wave Tourism. Dimotori oleh negara-negara yang tumbuh negatif (wisman ke indonesia nya, seperti South Korea, Japan, Singapore, Germany, England, India) pada masa setahun lalu, kuartal kedua ini akan menjadi basis penentu apakah Indonesia akan tetap tumbuh angka wismannya atau tidak.

Survival of the Fittest nya Herbert Spencer menggambarkan ini dengan sangat jelas. Bahwa kata 'fit' disini bukan berarti yang secara fisik lebih kuat atau tangguh, tetapi lebih kepada kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Tourist yang 'fit' terhadap krisis kemarin dan survive akan segera melancong ke luar negeri. Penggeraknya? (1) baby boomers - di USA hampir 8000 orang pensiun setiap hari, di Jepang lebih dari 8500 orang pensiun setiap hari, (2) saya menyebutnya sebagai 'frequent tourist people' yang kemarin terlalu sibuk mengurusi krisis dan tidak memikirkan untuk vakasi selama krisis, dan (3) saya menyebutnya sebagai 'smart people' yang menahan pengeluaran selama 2 tahun krisis. Ketiganya akan bergerak intraregion di pertengahan tahun 2010 sampai dengan mendekati kuartal akhir nanti.


Sunday, April 18, 2010

Wisatawan Inggris Berani Menyisihkan Untuk Konservasi


Data hasil survey yang dilakukan oleh UNWTO pada tahun 2009 menunjukan bahwa sebagian besar wisatawan asal Inggris berani menyisihkan 7-20 poundsterling untuk biaya konservasi di negara yang dikunjunginya. Indonesia tercatat mampu menyerap 158 ribu kunjungan wisatawan asal ini dengan sebaran di daerah wisata primer seperti Bali dan Jakarta serta wilayah tersier seperti Manado, Nias, NTB, NTT, dan Nias.

 Itu berarti Indonesia berpeluang untuk mendapatkan biaya konservasi minimal 3.160.000 poundsterling tiap tahunnya yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan destinasi tersier yang merupakan destinasi ekowisata. Pertanyaan : berani gitu nagihnya?

Terdapat 10 Hotel Non Bintang diantara 1 Hotel Bintang



Di Indonesia, Sampai dengan tahun 2008, diantara 1 hotel berbintang terdapat 10 hotel non-bintang. Jumlah kamar hotel non bintang 2 kali lipat dari hotel bintang walaupun rata-rata jumlah kamar hotel non bintang hanya 18% dari hotel bintang. Rata-rata karyawan di hotel bintang adalah 118 orang per hotel sementara di hotel non bintang hanya 9 orang per hotel. Koefisien kamar dan pegawai di hotel bintang adalah 1,22 (artinya untuk 1 kamar terdapat 1,22 pegawai) sedangkan hotel non bintang adalah 0,51 (2 kamar terdapat 1 pegawai).

Kenyataannya, saat ini perbandingan untuk hotel resort dapat mencapai hampir 2,0 dan di city hotel kecenderungannya sudah kurang dari 1,0. Kasus : Tune Hotel di Legian Bali hanya mempekerjakan 17 karyawan dari 170 kamar yang dimiliki. Hotel semakin tidak membutuhkan karyawan?


Bandara Soekarno Hatta Paling Tepat Waktu


Forbestraveler.com, sebuah luxury portal travel news , mengumumkan bahwa Bandara Soekarno Hatta adalah bandara paling tepat waktu kedua di dunia. Fakta ini berdasarkan laporan dari Flight Stats, sebuah perusahaan yang berbasis di Oregon USA yang mencatat semua informasi penerbangan dari seluruh dunia. Studi dilaksanakan pada 50 airport tersibuk di seluruh belahan dunia dengan pengambilan sampel dari 1 agustus 2008 - 31 Juli 2009.

Portal forbestraveler juga menyebutkan bahwa Bandara Soekarno Hatta adalah bandara yang 'most improved'. Terima kasih kepada 84,2% kedatangan yang ontime (tahun sebelumnya : 79,3%) dan 89,2% keberangkatan yang ontime (tahun sebelumnya : 86,3%). Bandara ini melayani kurang lebih 32 penumpang di tahun 2008.

Mengenai Hotel Non Bintang (Hotel Melati)



Tahukah anda, bahwa definisi Hotel Melati adalah hotel yang belum memenuhi persyaratan untuk menjadi hotel bintang? Sangat menyedihkan karena tidak semua hotel melati di persiapkan untuk menjadi hotel bintang. Sejak tahun 1977 sistem klasifikasi perbintangan hotel di Indonesia diatur oleh KepMen Perhubungan No.PM.10/PW.301/Pdb–77 dengan kriteria [1] Jumlah Kamar, [2] Bentuk bangunan, [3] Perlengkapan (fasilitas) dan [4] Mutu Pelayanan. Note : Mutu pelayanan berada di paling bontot!

Keputusan ini disempurnakan oleh Keputusan Menbudpar No KM03/HK.001/MKP.02, bahwasanya proses klasifikasi perbintangan di Indonesia dilakukan oleh PHRI. Dalam Kepmen inilah disebutkan bahwa mutu pelayanan adalah kriteria utama dalam pengklasifikasian. Di Kepmen tahun 2002 inilah muncul istilah Hotel Bintang dan Melati.

Hotel anda sudah terklasifikasi bintang 3? Tahan dulu..pastikan klasifikasi hotel bintang anda dapat berdasarkan peraturan yang benar. Caranya? apabila pada sertifikat klasifikasi yang anda punya ditandatangani oleh kepada dinas pariwisata di kota anda atau bahkan oleh walikota, then anda telah salah! Berdasarkan Keputusan Menbudpar No KM03/HK.001/MKP.02, klasifikasi bintang hanya dilakukan oleh PHRI. Hotel bintang (1 s.d 5) akan diberikan sertifikat yang ditandatangani oleh Ketua Badan Pimpinan Pusat PHRI dan Gubernur, sedangkan sertifikat Melati akan diurus oleh PHRI Provinsi (Badan Pimpinan Daerah).

Garuda - Visa on Board


Mulai 1 Februari, penerbangan national flag kita, Garuda Indonesia, akan menerapkan Visa On Board! Semua penumpang asing penerbangan dari Tokyo ke Bali dan Jakarta akan dapat mengurus visanya di dalam pesawat sembali menikmati kopi panas Toraja atau jajanan pasar. Luar Biasa! Ini seharusnya masuk Guiness of Record..ya atau paling tidak MURI karena inilah satu-satunya layanan Visa On Board di dunia. Dalam operasinya, passengers harus membayar $25 di konter bank di sebelah check in counter Garuda di Tokyo,setelah menerima receipt dan voucher untuk aplikasi visa mereka akan dilayani oleh petugas imigrasi di pesawat. Setelah turun, passengers hanya diminta untuk menunjukkan passportnya untuk di cek. its hustle free!