Monday, June 14, 2010

Pariwisata dan Piala Dunia 2010


Sedikit yang tau bahwa Indonesia ternyata pernah mengikuti Piala Dunia tahun 1938 di Perancis. Meski saat itu belum merdeka, Indonesia mengusung nama Nederlandsche Indiesche atau Netherland East Indies atau Hindia Belanda. Para pemainnya adalah orang Indonesia yang bekerja di Eropa. Susunannya pelatih : Johannes Mastenbroek, pemainnya Bing Mo Heng (kiper), Herman Zommers, Franz Meeng, Isaac Pattiwael, Frans Pede Hukom, Hans Taihattu, Pan Hong Tjien, Jack Sammuels, Suwarte Soedermandji, Anwar Sutan dan Nawir (kapten).

Tanggal 5 Juni 1938, pukul 17.00 waktu setempat, pertandingan pertama antara Hongaria dan Hindia-Belanda. Pertandingan berlangsung di Vélodrome Municipal di kota Reims, 129 km dari Paris, dihadiri oleh sekitar 9000 penonton dan wartawan dari 27 negara berbeda. Hindia Belanda kalah 6-0 dari Hongaria.

Sudah lama olahraga selalu dihubungkan dengan pariwisata. Selain inflow olahragawan dan official, pendukung dari cabang olahraga yang ada juga memberikan masukan yang berarti bagi devisa negara. Ibaratnya adalah : event olahraga akan mem-boost jumlah wisatawan yang datang. Sebetulnya bukan hanya itu.


Piala dunia 2010 di Afrika Selatan adalah sebuah ironi. Ketika melihat tayangan langsung pertandingan, kita akan tahu bahwa semua stadion yang dibangun khusus untuk piala dunia ini mempunyai kapasitas yang luar biasa, dari sisi teknologi maupun arsitektur bangunan. Tetapi mari kita perhatikan sekelilingnya. Ketika kamera televisi menyoroti keadaan sekeliling stadion, tidak terdapat keadaan yang menggambarkan betapa Afrika Selatan siap menerima infrastruktur yang sedemikian megah. Gautrain, kereta super cepat, juga baru diresmikan 3 hari menjelang dibukanya Piala Dunia. Artinya pemerintah Afrika Selatan betul betul mengejar kekurangan mereka secara cepat dan instant. Yang menjadi pertanyaan adalah : apa yang akan terjadi selanjutnya?

Walaupun Afrika Selatan pada 2002 adalah daerah tujuan turis dengan pertambahan tercepat dunia ditammbah lagi pada tahun 2006 pariwisata Afrika Selatan berkembang tiga kali lipat daripada rata-rata global, tetapi penggunaan infrastruktur pasca event sebesar piala dunia diperkirakan akan terdapat banyak idle. Alasannya adalah : (1) event piala dunia adalah event yang segmented, hanya orang-orang yang menyenangi sepakbola yang akan terus mengenang Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan, (2) Biaya besar yang dikeluarkan untuk membangun infrastruktur justru akan dikembalikan lagi kepada masyarakat melalui bangunan yang ada, oleh karena itu, kesiapan mental masyarakat Afrika Selatan menjadi modal yang sangat penting. Melihat banyaknya kriminalitas, dan betapa cepat infrastruktur diangun, hal ini diragukan. Justru bisa memukul balik pemerintah Afsel apabila Piala Dunia ternyata tidak memberikan devisa seperti yang diinginkan, (3) Tujuan jangka panjang yang ingin dibangun melalui 'brand image' Afsel bisa berjalan apabila tidak ada kejadian halangan di PD 2010. Tetapi image adalah sesuatu yang susah diukur dan tidak ada tolok ukur yang jelas. Apabila ini yang dituju, pemerintah Afsel perlu kembali menyelenggarakan event dunia untuk menjaga image yg telah terbentuk melalui PD 2010.

Banyak contoh event olahraga dunia yang justru menimbulkan polemik setelahnya. Belajarlah dari Australia, yang telah Olimpiade Sidney 2000 kemudian secara proaktif merubah berbagai fasilitas penginapan atletnya menjadi kondominium murah bagi warganya.

Siapkah kita menyambut SEA GAMES 2011 di Palembang, Bandung, Jakarta dan Semarang?







a

No comments:

Post a Comment